Kembali populernya batik sejak tahun 2006 ternyata bertahan hingga tahun 2008. Bahkan, sampai tahun depan pun batik diperkirakan akan tetap populer.
Ada beberapa hal yang menyebabkan batik kembali populer. Salah satunya karena klaim negara tetangga sebagai pemilik batik. Reaksi keras pun bermunculan dari berbagai pihak, tetapi hikmahnya perhatian masyarakat pada batik kembali tumbuh.
Hal lain, peran perancang busana bersama artisan batik dalam menghasilkan desain baru batik dan busana dari batik. Kebetulan pada tahun 2006 dan 2007 mata dunia sedang mengarah ke Asia.
Perkumpulan pencinta kain, seperti Yayasan Batik Indonesia, Wastraprema, dan Ratna Busana, aktif mempromosikan batik melalui pameran dan kegiatan sehari-hari mereka. Tanda batik masih akan bertahan hingga tahun depan terlihat dari kegiatan Dinas Pariwisata DKI dan Ikatan Perancang Mode Indonesia mengadakan festival Batik Nusantara pada Rabu (10/12) sebagai bagian dari arah mode 2009.
Selain itu, sejumlah kantor memberlakukan hari Jumat sebagai hari memakai batik untuk karyawan dan ritel kelas menengah-atas, seperti Alun-alun, Metro Department Store, dan Pasaraya menyediakan tempat untuk aneka produk batik. Batik juga bukan hanya muncul dalam bentuk busana, tetapi interior yang kini juga digarap rumah-rumah batik sebagai produk berkelas.
Kegairahan masyarakat pada batik amat penting untuk industri yang menurut Departemen Perindustrian pada 2007 berjumlah 48.000 unit usaha batik tulis, cap, dan kombinasi keduanya dengan nilai bisnis Rp 2,3 triliun dan ekspor 110 juta dollar AS.
Perkembangan terakhir, masuknya teknologi digital ke dalam teknologi tradisional batik. Anak-anak muda kreatif dari Bandung, Pixel People, memasukkan motif batik tradisional ke dalam persamaan matematika fraktal yang memungkinkan lahirnya variasi motif baru dari motif lama dalam berbagai kemungkinan.
Meski begitu, kegairahan ini tak dapat diperlakukan seolah akan berlangsung sendirinya selamanya. Pemerintah yang sudah mencanangkan pengembangan industri kreatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan lapangan kerja harus ikut menjaga kegairahan tersebut. Salah satunya dengan memastikan konsumen tidak terkecoh kain print bermotif batik yang diaku produsen dan penjual sebagai batik. Selain itu, banjir kain bermotif batik dari China yang sebagian diduga ilegal pun perlu diwaspadai karena ujung-ujungnya akan merugikan produsen batik yang sebagian besar usaha kecil dan menengah. (Ninuk M Pambudy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar